Sabtu, 26 April 2014
Yosh! Aku siap! Aku siap! Hahahahah!
Hari ini aku pergi ke sebuah
tempat yang—lumayan jauh, tapi sebenarnya dekat /apa/ Yap, kali ini aku pergi
ke Gedung Gelanggang Remaja di Otista, Jakarta Timur. Lagi-lagi, ini adalah
tempat yang asing bagiku, karena LAGI-LAGI aku belum pernah ke sini wwwww.
Lanjut, kali ini aku berjalan
dengan uang ongkos seadanya, dan doa supaya tidak kesasar.
“Kamu bisa naik Busway kok, nanti kamu bisa turun langsung di depan”
Jawab guruku disaat aku sedang
bingung sebingung-bingungnya orang bingung. Ya, bingung, bingung harus turun di
stasiun mana, terus naik busway dengan tujuan kemana, rutenya bagaimana dan
blaaablaaablaaa—Sedangkan guruku hanya jawab segitu saja? Luar binasa.
Ya, benar saja, dengan modal
berdoa, aku memesan tiket kereta ke klender saja.
Lanjut, aku segera menaiki kereta
yang sudah siap berangkat itu. Ya, mungkin aku sedikit kurang cepat, meskipun
kereta tidak padat namun aku tetap berdiri tegak dan tegar. Hm, bersandar di
tiang di dekat pintu kereta aku berdiri, melihat pemandangan luar dari kaca
kecil yang tertutupi stiker bertuliskan “Jangan
bersandar di pintu kereta” atau kurang lebih begitu tulisannya. Yah,
menatap ke luar kereta dengan pandangan kosong.
Di sepanjang perjalanan, aku
mencoba searching ‘busway ke GOR Otista itu rutenya apa ya?’
dan akhirnya result yang muncul bukan
yang ku cari, malah berita-berita Jokowi dengan kasus buswaynya. ‘Jiaaah, apa yang dirasa tau nih google -_-‘
Tak lama, satu buah pesan masuk,
“Paket Internet Anda telah berakhir, silahkan untuk registrasi kembali
ke blaablaablaaa—”
Kyaahh—belum juga ketemu tuh rute busway, paket internet sudah
keburu habis. Nasib memang kurang mujur dengan saya hari ini.
Akhirnya, saya pasrah.
Dan stasiun Klender pun telah
tiba. Tapi, yesssss..
SAYA LUPA, PERON DI STASIUN
KLENDER ITU PENDEK, SIAAAHH—
Kali ini, bukan pasrah lagi
namanya, tapi nyaris pingsan. Saat pintu otomatis terbuka, ku lirik ke bawah—AAAA
TINGGI BANGET ASTAGFIRULLAH—
Langsung saja, satu, dua, tiga,
Ku lepas ransel ku yang cukup
berat, dan ku letakkan di lantai kereta. Aku duduk di tepi pintu dan—KYAAH!!
AKU MELONCAT INDAH! Dan diakhiri dengan pinggangku yang sedikit keseleo.
Ku tarik tas ranselku dengan
segera, ku kenakan kembali ke punggung. Masih menahan rasa sakit yang cukup nyelekit ini, aku berjalan ke atas peron
dan keluar dari stasiun.
Penderitaanku belum usai, jarak
dari stasiun ke halte busway lumayan jauh.
….
Kurang lebih sepuluh menit
berjalan ke halte busway Flyover Klender (ditambah perpanjangan waktu lima
menit untuk menaiki tangga jembatan) tibalah di loket pembayaran. Saat aku
ditanya kemana tujuannya, aku diam—mengolah pertanyaan yang sesuai dengan jawaban
di atas /bukan
“Ng.. Anu—kalau ke GOR Otista itu
naik busway yang kemana ya, bu?”, tanyaku polos sambil menggarukkan kepala
beberapa kali. Alhamdulillah, dengan tabahnya ibu itu menjelaskan rutenya
padaku—lebih tepatnya menahan emosinya akibat diriku yang terus-menerus
bertanya.
Sudah dapat karcisnya, oke,
langsung saja, busway yang dituju akhirnya dating begitu cepat. Pintu busway
pun terbuka lebar, kami (aku dan penumpang lainnya) memasuki busway tersebut. Masih
ragu dengan rute yang diberitahu Ibu tadi, aku menghampiri petugas yang berjaga
di pintu busway dan menanyakan hal yang masih sama.
Oh, ternyata sama.
Oke.
Aku segera duduk tenang beberapa
menit sambil merasakan AC yang cukup sejuk~
Sampai di halte Kampung Melayu,
aku transit. Melanjutkan perjalananku ke—GOR Otista. GOR Otista, tapi kok
sepanjang jalan aku tidak menemukan tulisan ’GOR Otista’ ya?
….
“Pemberhentian selanjutnya, Halte Gelanggang Remaja”
Ah, bukan kali? Ini namanya saja
yang mirip-mirip, mungkin nanti ada
halte selanjutnya yang namanya ‘GOR Otista’—fikirku dengan kelewat polosnya.
Satu halte, dua halte, tapi kok ga ada juga yang namanya halte ‘GOR
Otista’?
“Mas, tadi itu yang halte ‘Gelanggang Remaja’ itu maksudnya GOR Otista
bukan, ya?”
“Iya.”
….
IYA?? IYAAAA????
AMPUN DAH—benar-benar mbablas aku. Grrrrrr, akhirnya aku harus
turun di halte terdekat dan balik arah. Huh, untung saja tidak bayar lagi
hshshshshshs
Sampai di halte GELANGGANG REMAJA
itu, akhirnya aku segera menuruni jembatan busway dan memasuki gerbang
tersebut. Saat registrasi—
“Loh, Deby? Lu kesini juga?”
Sedih, kesal, hati ini seakan
remuq berqeving-qeving /ALAYLU/ ternyata—banyak teman-teman saya yang datang
kesini!
“Deby, kok lu berani sih jalan sendirian? Kok—kok—“
Heh, asal kalian tau semua,
sebenarnya aku datang ke sini karena dua hal! Pertama, utamakan doa dan keyakinan, kedua, KARENA TIDAK PUNYA BARENGAN— ;A;
Mereka begitu tega, oke.
Skip aja,
Lanjut, oh iya, sampai lupa, di
sini aku bersama—TEMAN-TEMAN ku mendatangi acara Try Out SBMPTN dan Campus Fair UNJ 2014. Karena saya belum siap dan
tidak terlalu minat untuk mengikuti TO nya, aku lebih memilih datang campus fair nya saja, malas puyeng-puyengan hahahah!
Setengah jam, empat puluh lima
menit, satu jam, dua jam, tapi yang ikut TO tidak kunjung selesai.
Fine,
Ada beberapa anak SD sampai mahasiswa sedang latihan taekwondo. Hahahah~ Keren keren! Rata-rata mereka sudah mengenakan sabuk merah, biru, bahkan hitam! Sugeeeee!! Ingin rasanya bergabung dengan mereka—eh jangan deh, aku masih sayang sama nyawaku kok ._.
Lanjut, setelah kurang lebih tiga
jam, akhirnya semua orang yang ikut TO SBMPTN keluar dari ruangan stadion. Kini
giliran kami (aku dan siswa lain dari berbagai sekolah) mengunjungi Campus Fair
nya. Ya, ruangan TO dan Campus Fair sebenarnya digabung, namun ada sesinya. Begitu
banyak stand dari beberapa kampus
swasta di Jabodetabek.
Sudah berkeliling ria, akhirnya
kami semua pulang. Tak lupa kami jajan terlebih dahulu untuk bekal di jalan
hahaha!
Oke, pukul 15.15 kami pulang,
rencana awal kami untuk pulang naik busway akhirnya sia-sia, uang Rp 3.500 kami
lenyap akibat kedatangan busway yang saaaaaaaaaaaaaaaaangaaaaaaaaaaaat lama.
—sudah menunggu satu jam hanya
ada satu bus yang lewat, itu pun PENUH SEMUA!
‘Pasrah’ lagi, akhirnya kami
terpaksa mangkir dari halted an melanjutkan perjalanan kami dengan
sambung-menyambung mikrolet sebanyak dua kali hingga akhirnya tiba di stasiun
Jatinegara.
Alhamdulillah, sampai di stasiun,
SEGABREK penumpang antre dengan tidak tertibnya di loket. Bukan di loket e-ticket commuter line, tapi di loket
kereta untuk ke luar kota. Tidak sampai disitu, saat kami mengantre, ku lihat
ada sebuah kertas bertuliskan,
“TIKET KERETA UNTUK TANGGAL 24 JULI HABIS!”
Oh—ternyata mereka semua sedang
memerebutkan tiket kereta untuk lebaran ya, pantas.
Abaikan mereka, fikirkan nasib
kami sendiri yang juga mulai lelah akibat penuhnya calon penumpang di peron
jalur satu—menunggu kereta tujuan Bekasi.
Kurang lebih dua puluh menit
kemudian, kereta yang kami tuju pun tiba. Saat pintu otomatis dibuka—JENGJEEEEEEENG
PENUMPANGNYA
BEJUBEEEEEEEEEEEEEEEEELLLLLL!!!!!
Langsung saja,
SODOK TERUS SODOOOK!!!!! Dengan penuh
tenaga dan jerih payah kami, akhirnya aku kebagian masuk, tapi—teman-temaku
yang lain tertinggal. Ah, lagi-lagi aku sendiri di gerbong kereta :(
Ya sudahlah, skip saja,
Akhirnya aku tiba di stasiun
Bekasi sekitar jam setengah lima kurang beberapa menit akibat ditahannya kereta
beberapa menit saat akan masuk stasiun Bekasi. Ya sudah~ Tukar tiket kereta
lalu ambil motor di parker dan wuuuuuzzzz! Sampai rumah dengan selamat,
alhamdulillah~
Hikmah yang aku peroleh selama
satu hari ini
1) Alhamdulillah,
Allah memudahkan jalanku menuju lokasi yang belum pernah aku datangi.
2) Rajin-rajinlah
bertanya, malu bertanya, mbablas kemudian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar