sumber: zakiherdian.blogspot.com
Perkembangan teknologi dan informasi saat ini sangat cepat dan tidak dapat dipungkiri lagi, seluruh lapisan masyarakat sudah terlibat dalam hal ini. Namun, masih tingginya tingkat kemiskinan, khususnya di Indonesia, masih terdapat banyak kendala untuk mengembangkan IPTEK ke seluruh pelosok negeri. Berikut adalah penjabaran antara pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemiskinan yang terjadi saat ini.
PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN
Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa
Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu (Admojo, 1998). Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any
organized knowledge. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum
abad ke-19, tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik
atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti
metafisika.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti
yang dikutip oleh Bakhtiar tahun 2005 diantaranya adalah :
•
Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang
pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun
menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
•
Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris,
rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
•
Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif
dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
• Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
• Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
•
Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh
dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang
pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu
didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada
ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika …. maka “.
•
Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran.
Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang
ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal
prinsip yang berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah
keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun
fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common
sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada
adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Dalam hal
ini landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar.
Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang
tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error
dan berdasarkan pengalaman belaka (Supriyanto, 2003).
Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran
akal atau rasional atau menggunakan logika deduktif. Premis dan proposisi
sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini
sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta.
Secara lebih jelas ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah
diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu
lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon
kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik.
“ Ilmu pengetahuan” lazim digunakan dalam pengertian
sehari-hari, terdiri dari dua kata, “ ilmu “ dan “ pengetahuan “, yang
masing-masing punya identities sendiri-sendiri. Dikalangan ilmuwan ada
keseragaman pendapat, bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara
teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan
sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif. Pengertian
pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam
pandangan dan teori (epistemologi), diantaranya pandangan Aristoteles, bahwa
pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang
budi. Dan oleh Bacon & David Home pengetahuan diartikan sebagai pengalaman
indera dan batin.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen
penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu ; ontologis, epistemologis,
dan aksiologis. Epistemologis hanyalah merupakan cara bagaimana materi
pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh ilmu pengetahuan. Ontologis
dapat diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas ruang
lingkup ujud yang menajdi objek penelaahannya. Atau dengan kata lain ontologism
merupakan objek formal dari suatu pengetahuan. Komponen aksiologis adalah asas
menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang
merupakan bahan dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan yang
menadi tujuan penelitian bulat dan utuh, serta objek formal, yaitu sudut
pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian.
Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian
kegiatan dan tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang
diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi,
kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis,
sistesis, induktif dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan
dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang
merupakan pengingkaran.
TEKNOLOGI
Teknologi atau pertukangan memiliki lebih dari satu
definisi. Salah satunya adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin,
material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Sebagai
aktivitas manusia, teknologi mulai dikenal sebelum sains dan teknik.
Teknologi dibuat atas dasar ilmu pengetahuan
dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia, namun jika pada kenyataannya
teknologi malah mempersulit, layakkah disebut Ilmu Pengetahuan?
Kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan
alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru
ditemukan. Meskipun demikian, penemuan yang sangat lama seperti roda juga
disebut sebuah teknologi.
Definisi lainnya
(digunakan dalam ekonomi) adalah teknologi dilihat dari status pengetahuan kita
yang sekarang dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi
produk yang diinginkan( dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa diproduksi).
Oleh karena itu, kita dapat melihat perubahan teknologi pada saat pengetahuan
teknik kita meningkat.
Teknologi adalah
satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya
meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222)
berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan
kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang
saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang
dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang,
tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.
Makna
Teknologi, menurut Capra (2004, 106) seperti makna ‘sains’, telah mengalami
perubahan sepanjang sejarah. Teknologi, berasal dari literatur Yunani, yaitu
technologia, yang diperoleh dari asal kata techne, bermakna wacana seni. Ketika
istilah itu pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris di abad ketujuh belas,
maknanya adalah pembahasan sistematis atas ‘seni terapan’ atau pertukangan, dan
berangsur-angsur artinya merujuk pada pertukangan itu sendiri. Pada abad ke-20,
maknanya diperluas untuk mencakup tidak hanya alat-alat dan mesin-mesin, tetapi
juga metode dan teknik non-material. Yang berarti suatu aplikasi sistematis
pada teknik maupun metode. Sekarang sebagian besar definisi teknologi, lanjut
Capra (2004, 107) menekankan hubungannya dengan sains. Ahli sosiologi Manuel
Castells seperti dikutip Capra (2004, 107) mendefinisikan teknologi sebagai
‘kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah
terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan.
Fenomena
teknik pada masyarakat
Fenomena
teknik pada masyarakat teknik, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri
sebagia berikut :
1. Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh
teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
2.
Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
3.
Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan
secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan
non teknis menjadi kegiatan teknis
4.
Teknik berkembang pada suatu kebudayaan
5.
Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
6.
Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi,
bahkan dapat menguasai kebudayaan
7. Otonomi
artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi yang berkembang denan pesat meliputi
berbagai bidang kehidupan manusia. Luasnya bidang teknik digambarkan sebagaia
berikut :
a. Teknik meluputi bidang ekonomi, artinya
teknik mampu menghasilkan barang-barang industri. Dengan teknik, mampu
mengkonsentrasikan capital sehingga terjadi sentralisasi ekonomi
b. Teknik meliputi bidang organisasional
seperti administrasi, pemerintahan, manajemen, hukum dan militer
c. Teknik meliputi bidang manusiawi. Teknik
telah menguasai seluruh sector kehidupan manusia, manusia semakin harus
beradaptasi dengan dunia teknik dan tidak ada lagi unsur pribadi manusia yang
bebas dari pengaruh teknik.
ILMU PENGETAHUAN,
TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan
dengan nilai atau moral. Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan
dampaknya melalui kebijaksanaanpembangunan, yang pada hakikatnya adalah
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapan ilmu pengetahuan khususnya teknologi
sering kurang memperhatikan masalah nilai, moral atau segi-segi
manusiawinya. Keadaan demikian tidak luput dari falsafah pembangunannya
itu sendiri, dalam menentukan pilihan antara orientasi produksi dengan
motif ekonomi yang kuat, dengan orientasi nilai yang menyangkut
segi-segi kemanusiaan yang terkadang harus dibayar lebih mahal.
Ini sikap ilmuwan, dibagi menjadi dua
golongan :
I) Golongan yang menyatakan ilmu dan teknologi
adalah bersifat netral terhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun
secara aksiologis, soal penggunaannya terserah kepada si ilmuwan itu
sendiri, apakah digunakan untuk tujuan baik atau tujuan buruk. Golongan
ini berasumsi bahwa kebenaran itu dijunjung tinggi sebagai nilai,
sehingga nilai-nilai kemanusiaan Iainnya dikorbankan demi teknologi.
2) Golongan yang menyatakan bahwa ilmu dan
teknologi itu bersifat netral hanya dalam batas-batas metafisik
keilmuwan, sedangkan dalam penggunaan dan penelitiannya harus berlandaskan pada
asas-asas moral atau nilai-nilai. golongan ini berasumsi bahwa ilmuwan
telah mengetahui ekses-ekses
yang terjadi apabiia ilmu dan teknologi disaIahgunakan. Nampaknya
iImuwan goiongan kedua yang patut kita masyarakatkan sikapnya sehingga
ilmuwan terbebas dari kecenderungan "pelacuran" dibidang ilmu
dan teknologi, dengan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
Upaya
untuk menjinakkan teknologi diantaranya :
I) Mempertimbangkan atau kalau perlu mengganti
kriteria utama dalam menolak atau menerapkan suatu inovasi teknologi
yang didasarkan pada keuntungan ekonomis atau sumbangannya kepada
pertumbuhan ekonomi.
2) Pada tingkat konsekuensi sosial, penerapan
teknologi harus merupakan hasil kesepakatan ilmuan sosial dari berbagai
disiplin ilmu.
KEMISKINAN
Kemiskinan
lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan,
pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain. Garis kemiskinan yang menentukan batas
minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa
dipengaruhi oleh tiga hal :
1.
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2.
Posisi manusia dalam lingkungan sekitar
3. Kebutuhan
objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi
manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, adat istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki. Dalam hal ini garis
kemiskinan dapat tinggi atau rendah. Terhadap posisi manusia dalam lingkungan
sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan bagaimana
posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya. Kebutuhan objektif
manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah
benilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat
umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang
dialaminya.
Berdasarkan
ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri
sebagai berikut :
1.
Tidak
memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
2. Tidak
memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri,
seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha
3.
Tingkat
pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4.
Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas
5.
Banyak
yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
FUNGSI KEMISKINAN
Jika
kita menganut teori fungsionalis dan statistika (Davis), maka kemiskinan
memiliki sejumlah fungsi :
1. Fungsi ekonomi : penyediaan dana untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial, membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas
1. Fungsi ekonomi : penyediaan dana untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial, membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas
2. Fungsi sosial : menimbulakan altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan, sumber
imajinasi kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain
dan merangsang munculnya badan amal.
3. Fungsi kultural : sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi
sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antara sesama manusia.
4. Fungsi politik : sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk saling
bersaing bagi kelompok lain.
sumber:
http://ditryfitrian.blogspot.com/2010/11/bab-8-ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
https://anwarabdi.wordpress.com/2013/05/04/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-kemiskinan/
http://bobungga.blogspot.com/2012/01/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
sumber:
http://ditryfitrian.blogspot.com/2010/11/bab-8-ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
https://anwarabdi.wordpress.com/2013/05/04/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-kemiskinan/
http://bobungga.blogspot.com/2012/01/ilmu-pengetahuan-teknologi-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar