sumber: pakarcinta.com |
Bagi sebagian orang bilang bahwa
kita tidak perlu menuntut lebih untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang. Ya,
bahagia itu sederhana, bagaimana kita memandang dan memahami arti bahagia
tersebut. Cinta tidak perlu dipaksa, karena ia datang dengan sendirinya. Cinta
itu tumbuh dari hati dan batin yang mau menerima. Tapi cara setiap orang untuk
menerima hal tersebut tentu berbeda.
Cinta, bagi saya ini adalah
sebuah teori yang tidak dapat diperjelas meskipun dengan ribuan lembar dan
literan tinta yang sengaja dibuat hanya untuk mengungkapkan arti dari makna
kata tersebut. Cinta itu abstrak seperti adanya udara dan angin. Kita dapat
menghirup, menghembus dan meniupnya, tapi kita tidak bisa melihatnya apalagi
memegangnya. Kita tidak perlu wujud cinta, hanya dengan merasakan dan menikmati
berjuta kejutan di dalamnya, kita telah menemukan cinta yang sesungguhnya.
Cinta bukan hanya sekadar kata
‘aku cinta kamu’ atau ‘gue sayang sama lo beb, mau gak jadi pacar gue?’, tapi
jaaauuuhhh melebihi itu! Kata-kata tersebut hanyalah garis start saja, bukan
arena pertandingan yang sesungguhnya. Siapapun bisa memulai, tapi akankah bisa
bertahan hingga finish?
Saya adalah anak bungsu dari dua
bersaudara, dari ayah dan ibu yang cantik dan tampan rupa dan hatinya. Beliau
telah buktikan cinta yang begitu besar kepada saya, si bungsu yang manja ini,
dengan seabreg omelan dan juga bentakan yang cukup menampar pipi dan hati saya.
Tak jarang kami bertengkar, mulai dari masalah sepele hingga yang benar-benar
serius. Bukan jadi hal yang lumrah pula ketika beliau ingin sekali mengusir
saya dari rumah. Semua itu saya lewati, bahkan mungkin sampai saat ini.
Ternyata Allah telah menguji seberapa kuatkah rasa cinta antara penduduk rumah
ini. Allah selalu menguji keimanan dan kesabaran kami dengan cara-cara yang
menyakitkan, tapi karena hal itulah kami amat sangat banyak sekali mengambil
hikmah dari makna kata mahabbah (cinta).
Saya terus mengulangi dan
merevisi tiap perkataan dan emosi saya yang, mungkin pada saat itu sedang
bergejolak. Bayangkan kalau saja saya benar-benar pergi dari rumah dan tinggal
sendiri, saya mau hidup seperti apa? Penghasilan tidak punya, kuliah
luntang-lantung, makan tidak teratur, rawan kejahatan, wooh! Sungguh bodohnya
hamba ketika hati terus dibisiki syaitan yang ingin sekali keluarga ini hancur.
Astagfirullaah!
Cinta memang perlu diuji, agar
kita tahu sudah seberapa kuatkah hubungan ini. Tanpa ada ujian, kita tidak akan
pernah tahu batas kemampuan kita sampai sejauh mana. Subhanallah, begitu
hebatnya Allah menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya.
Tidak ada yang tahu rahasia
Allaah seperti apa, yang penting tingkat kesungguhan dalam usaha kita seperti
apa dulu. Saya yakin, setelah kesulitan pasti ada kemudahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar