White Castle #CoupleGiveAway

Istana identik dengan bangunan yang mewah, megah, artistik dan menyimpan segala seni dan keindahan lainnya. Istana lebih diperuntukkan untuk orang-orang terpilih, keluarga terhormat, bangsawan dan orang-orang penting lainnya. Tidak sembarang orang dapat menginjakkan kaki di tempat ini karena penjagaan yang sangat ketat di setiap sudut bangunan. Disinilah, seluk-beluk cerita sebuah kerajaan dimulai, dari tawa, sedih, duka, bahkan setumpuk masalah pun dipendam.

Suasana demikian persis aku rasakan di istanaku ini. Walau jauh dari kesan mewah, megah, apalagi menyimpan segala keindahan, untuk dipandang dari luarnya saja orang pun enggan. Aku hanyalah anak bungsu dari sebuah keluarga yang serba pas-pasan. Keadaan ekonomi keluarga amat berat sebelah, pemasukan yang didapat selalu dibawah rata-rata di tengah kebutuhan yang semakin memuncak. Bagaimana keuangan kami ini tidak amburadul?

Ku lihat ayah dengan pernghasilannya per bulan, sangat tidak sebanding dengan kerja keras beliau dari pagi hingga larut. Bahkan meskipun sudah di rumah pun tak berarti beliau terbebas dari incaran telpon dari atasan ataupun para pekerja proyek. Belum lagi beliau harus menghadapi bejibun masalah keuangan yang selalu membelit perusahaan tersebut.

Ku tengok ibu, yang selalu terjaga sepanjang hari demi kakek yang sudah sangat renta. Mengurusi lansia yang hampir berumur 90 tahun bukanlah perkara mudah. Setiap hari, ibu harus terlampau emosi karena kesabarannya yang amat diuji.

Ku alihkan pandanganku ke kakak, yang baru saja melahirkan putri cantik dan menggemaskan satu bulan lalu harus ikut pusing lantaran biaya keperluan susu formula yang begitu mahal. Belum lagi harus bolak-balik rumah sakit untuk periksa kesehatan diri dan bayinya, tidak sedikit uang yang harus ia keluarkan untuk semua itu.

Sedangkan aku? Aku hanya memandang semua itu dari kacamata dangkalku saja. Aku tidak merasakan bagaimana lelahnya sebagai ayah yang selalu dikejar orang-orang proyek dan atasannya yang super judes dan cerewet. Aku juga tidak merasakan sesaknya dada dan kesalnya ibu ketika harus menghadapi kakek yang serba kesulitan melakukan apapun. Ke kamar mandi pun harus dituntun, makan harus disuapi, bahkan tak jarang kakek meludah dan buang air sembarangan. Aku pun juga belum merasakan pusingnya kakak, bagaimana caranya menghadapi kehamilan dan persalinan lalu menjaga bayi yang baru lahir, yang harus menyusuinya dua jam sekali. Belum juga biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk itu semua.

Setiap saat aku selalu merenung, aku hidup untuk apa?

Aku terdiam.

....

Hingga akhirnya, waktu memberiku kesempatan untuk berpikir. Ternyata, tempat ini membuatku mengerti, tak selamanya istana itu mempesona. Tak ada kebahagiaan yang abadi di dunia ini, kecuali bagaimana kita memaknai arti kebahagiaan itu sendiri. Tak mungkin seumur hidup kita adalah melulu ujian dan cobaan. Pelangi akan menampakkan warnanya ketika badai telah usai. Kupu-kupu akan terbang bebas dengan cantiknya setelah melewati fase ulat yang tampak jijik dan menjadi kepompong yang harus membutuhkan waktu yang tak sebentar.

Setiap manusia pasti dapat melampaui segala cobaan yang menderanya, karena Allaah tak mungkin memberi kita beban yang tak bisa kita jangkau. Aku sangat percaya, akan ada titik cahaya setelah awan hitam menguasai hati dan pikiran kita. Matahari akan kembali bersinar tatkala gerhana berlalu.

Aku bersyukur, ternyata Allaah telah memberiku sebuah istana dengan keluarga kerajaan yang begitu hebat. Aku disuguhkan sebuah peristiwa hidup yang membuat mata dan hatiku terbuka lebih luas. Keadaan membuatku berpikir untuk tidak selalu menengok rumput tetangga yang lebih hijau dan segar. Inilah istana yang selalu mengajarkanku untuk mengilhami makna syukur yang sebenarnya. Aku tak perlu harus seperti kerajaan-kerajaan lain yang lebih makmur dan sentosa, yang aku butuhkan hanyalah kebahagiaan yang terbalut cinta dan kasih sayang di tengah wadah kesederhanaan.


Allaah, Maha Adil, Maha Bijaksana.

Unknown

1 komentar:

Instagram